Jumat, 09 April 2010

KISAH TELADAN SYAIKH MUHAMMAD BIN SHOLIH AL UTSAIMIN


Syaikh Utsaimin Yang Kukenal

Bismillahirrahmanirrahim.Segala puji hanya milik Allah, kami memuji, meminta pertolongan, memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya. Kami memohon perlindungan kepada Allah dari kejelekan jiwa-jiwa kami serta amalan kami.Siapa yang Allah beri petunjuk, maka tiada yang dapat menyesatkannya.Aku bersaksi bahwasannya tiada Ilah yang berhaq diibadahi kecuali Allah saja,tiada sekutu bagi Nya.Dan aku bersaksi bahwasannnya Muhammad adalah utusan Allah,kekasih serta makhluk terbaikNya.Semogat shalawat atas beliau,keluarga dan sahabat serta orang-orang yang mengikutinya dengan ihsan hingga hari akhir.Amma ba’du :

Kisah para ulama dan orang-orang sholih terdahulu sangat berpengaruh dalam menghidupkan hati dan ruhani. Kisah mereka ini termasuk dari apa yang Allah sebutkan dalam firmanNya :

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُولِي الأَلْبَابِ

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. ( QS Yusuf 111 )

Oleh karena itu, mempelajari kisah-kisah para salaful ummah adalah obat terbaik bagi hati.

Ayyuhal ikhwah..

Kisah para salaf banyak memberi faedah bagi siapa saja yang mau mempelajarinya. Telaah kisah-kisah mereka sangat berpengaruh bagi jiwa dalam meneladani dan mengambil petunjuk dari kehidupan mereka. Karena dalam kisah mereka terdapat pengejawantahan langsung dari apa yang mereka bawa berupa petunjuk dan kebenaran.

Abu Hanifah rahimahullah berkata,” Kisah para ulama lebih aku sukai daripada banyak pelajaran fiqih“. Hal ini lantaran dalam kisah itu terdapat gambaran akhlaq dan adab mereka. Oleh karena itu setelah Allah menceritakan kisah para nabi kepada Nabi Muhammad, Allah kemudian berfirman,

أُولَـئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ

Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka ( Al An’am:90)

Dalam syair disebutkan :

Tirulah mereka seandainya engkau tidak bisa menyamainya.

Karena meniru orang-orang mulia adalah sebuah keberuntungan

Ayyuhal ikhwah..

Hal terbesar yang akan dirasakan oleh seseorang setelah membaca kisah para ulama adalah ia akan membandingkan kesholehan dan keilmuannya dengan mereka. Sejarah para ulama merupakan alat ukur untuk menimbang kebaikan seseorang, untuk membandingkan keistiqomahan pengamalan seseorang terhadap al qur’an dan sunnah.

Khamdun an Nasaiburi berkata,” Barangsiapa yang menengok kisah para salaf ia akan mengetahui kekurangan dan ketertinggalan derajatnya dari mereka.”

Ayyuhal ikhwah..

Sejarah para imam tidak hanya terbatas pada kelahiran dan kematian mereka, atau kejadian-kejadian penting dalam hidupnya, karena hal ini biasa dialami oleh kebanyakan menusia. Bukan ini yang akan mendatangkan hikmah dan faedah. Karena hal-hal itu akan dialami oleh setiap dari kita. Akan tetapi yang terpenting adalah sisi keteladanan yang dapat kita lihat dari pribadi dan sejarah mereka. Hanya saja, sudah merupakan kebiasaan yang dilakukan untuk mengawali sebuah kisah adalah dengan sedikit menerangkan keadaan mereka terkait dengan kelahiran, kematian dst.

Ayyuhal ikhwah..

Sekarang saya akan bercerita tentang syaikh Muhammad bin Sholeh al Utsaimin-rahimahullah-. Beliau lahir pada malam 27 Ramadhan 1347 H dan meninggal pada hari Rabu 15 Syawal 1421 H dikota Jeddah. Beliau disholatkan pada hari Kamis setelahnya dan dimakamkan di pemakaman Adl. Semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas. Kita berdoa kepada Allah semoga menjadikan kuburnya sebagai taman dari taman-taman surga. Dan semoga Allah memberikan ganti yang lebih baik bagi umat ini yang telah kehilangan imam besarnya.

Ayyuhal ikhwah..

Suri tauladan yang terdapat pada diri para imam dan ulama tidak terbatas pada salah satu sisi kehidupannya saja. Akan tetapi mereka tak ubahnya sebagaimana perkataan seorang syair

Dia ibarat lautan darimanapun engkau mendatanginya.

Engkau lihat kebaikan sebagai lautnya dan kebajikan sebagai pantainya.

Syaikh Muhammad bin Sholeh al Utsaimin-rahimahullah- adalah salah satu dari para imam dan para ulama. Beliau ibarat hujan yang membawa kebahagiaan bagi manusia. Tatkala bersama, mereka mengambil manfaat darinya. Ketika pergi, bekasnya masih tetap bersama mereka.

Ayyuhal ikhwah..

Teladan yang diberikan oleh Syaikh begitu banyak dan bermacam-macam. Beliau adalah contoh bagi dunia sebagai orang yang mengamalkan ilmunya dalam perkara-perkara kecil ataupun besar. Iapun sebagaimana perkataan imam Syafii’ rahimahullah :

Orang Faqih adalah dia yang faqih dalam pengamalannya.

Bukanlah faqih orang yang hanya bisa berkata-kata.

Demikianlah keadaan Syaikh. Keteladanannya terpancar dari segala sisi kehidupannya. Aku mengambil sisi-sisi yang kulihat sangat penting untuk diperhatikan dan diambil manfaatnya bagi para penuntut ilmu pada khususnya dan bagi kaum muslimin pada umumnya.

Syaikh Utsaimin dan Kitabullah

Syaikh Utsaimin sangat rajin dalam membaca al Qur’an. Beliau sangat bersemangat dalam memurajaah al qur’an dalam rangka mengamalkan sabda nabi yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Musa al Atsary,

تعاهدوا القرآن، فوالذي نفسي بيده لهو أشد تفلتاً من الإبل في عقلها

Jagalah Al qur’an. Demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNya, sesungguhnya ia lebih mudah lepasnya daripada onta yang ditambatkan. (HR BUKHARI, kitab Fadhoilul Qur’an bab Istidzkarul Qur’an wa taahaduhu nomor 5033 )

Beliau mengkhatamkan al Qur’an dua kali dalam sebulan selain bulan Romadhon. Pada bulan Romadhon beliau mengkhatamkannya setiap tiga hari. Jika padat kesibukannya, beliau menyelesaikannya dalam 10 hari.

Diantara wasiat beliau yang kuhafal adalah barangsiapa yang memiliki hafalan al qur’an hendaklah memurajaahnya dipagi hari. Ini adalah wasiat berharga yang telah teruji dari seorang alim bagi siapa saja yang mau mencobanya. Barangsiapa yang memiliki hafalan al qur’an dan membacanya setiap hari, cobalah dilakukan pada awal hari. Ini akan sangat membantunya dalam mendapatkan kembali hafalannya. Beliau biasa memurojaah al Qur’an dalam perjalanannya ke masjid, pagi dan sore harinya. Beliau selesaikan sisanya diawal waktu dhuha’.

Ayyuhal ikhwah..

Bacaan al qur’an seorang ulama tidaklah sama dengan bacaan orang selainnya. Tidaklah bacaan mereka sebagaimana yang disampaikan Ibnu Mas’ud,

لا تنثروه نثر الدقل، ولا تهذوه هذ الشعر، قفوا عند عجائبه وحركوا به القلوب

“ Janganlah kalian membacanya dengan cepat-cepat seperti membuang-buang kurma yang jelek, dan jangalah kalian baca seperti syair. Berhentilah pada tempat-tampat yang menakjubkan dan gerakkan hati kalian padanya.

Syaikh termasuk orang yang membaca al qur’an dengan tadabbur dan memahami tafsir-tafsirnya. Bacaan beliau adalah bacaan yang disertai dengan penghayatan. Beliau berhenti pada tempat-tempat yang selayaknya seorang pembaca al qur’an berhenti. Hal ini dikuatkan dengan penyampaian beliau pada tausiah dan wasiat-wasiat beliau.

Wasiat lain yang kuhafal dari beliau adalah terkait surat al An’am. Beliau berkata,” Kebanyakan menusia membaca al Qur’an dengan terburu-buru dan tidak memperhatikan tempat-tempat berhenti. Kami mempelajari ini (tempat-tempat berhenti dan bacaan tadabbur) dari Syaikh Abdurrahman As Sa’di rahimahullah. Beliau berhenti pada tempat-tempat tertentu. kami keheranan karena pada saat itu kami biasa membaca dengan terus.”

Orang yang mengetahui Syaikh Utsaimin dan mengetahui bagaimana bacaan sholatnya termasuk bacaan tarawihnya, tentu akan mengetahui ini dengan sebenarnya. Semangat beliau dalam mengkhatamkan al Qur’an tidak menyebabkan beliau membaca sambil lalu tanpa tadabbur.

Syaikh selalu membaca al qur’an dengan mentadabburinya. Beliau selalu senang kepada para qori yang membaca al qur’an dengan tadabur. Sebagai contoh adalah bacaan syaikh Abdurrahman sudais. Beliau mengagumi bacaan Syaikh Abdurrahman Sudais karena bacaannya yang penuh penghayatan dan berhenti pada tempat-tempat yang selayaknya seorang pembaca al qur’an berhenti padanya.


Sumber : Transkrip Ceramah Syaikh Kholid bin Ali Al Mushlih hafidzahullah di http://www.almosleh.com/files/sound/mhdrat/othaimin/othaimin.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar