Jumat, 09 April 2010

sepak terjang bangsa jepang di indonesia

Jepang telah dikenal dengan baik oleh bangsa Indonesia. Salah satu faktornya karena adanya hubungan “spesial” dalam sejarah Indonesia Jepang, yaitu pendudukan jepang di Indonesia tahun 1942-1945 . selain itu barang-barang produk jepang yang banyak di pakai oleh bangsa Indonesia juga telah membuat hubungan jepang dengan Indonesia makin special. Akan tetapi, anehnya sejarah mengenai Orang-orang Jepang di Indonesia tidak begitu dimengerti oleh bangsa Indonesia terutama pada masa sebelum pendudukan jepang di Indonesia.
Awal mula hubungan dagang jepang dengan Indonesia (Hindia Belanda) dimulai sejak abad 20 Masehi. Awal dari perdagangan orang-orang jepan ini diawali oleh kedatangan karayuki-san atau sering disebut Joshigun (pelacur). Joshigun dilihat dari penulisan kanjinya merupakan rangkaian kanji yang berarti anak perempuan dan tentara atau juga berarti “tentara Wanita”. Tentara perempuan ini setara dengan pelacur karena pada kenyataanya ketika kita lihat pembentukan “tentara wanita” oleh Jepang di Indonesia maka tugasnya ialah melayani kebutuhan biologis dari tentara jepang.
Kedatangan karayuki-san ke selatan (Hindia-Belanda) dilatarbelakangi oleh masalah Jepang yang mulai kekurangan lahan sehingga harus mengadakan ekspansi guna memindahkan penduduknya. Pemikiran ini kemudian disebut dengan Hokushin-ron (imigrasi ke utara) dan Nanshin-ron (imigrasi ke selatan). Pemikiran Nanshin-ron ini menekankan bahwa aerah selatan (asia tenggara) menjanjikan prospek yang cerah dalam perdanggan sehingga bila ingin berdagang sebaiknya pergi ke selatan.
Karayuki-san ini secara tidak langsung telah membantu ekonomi Negara karena karayuki-san mengirim uang kepada keluarganya di jepang. Kiriman uang ini secara tidak langsung telah membuka pikiran bangsa jepang terutama para pedagang kelontong. Pedagang kelontong yang tertarik ini kemudian mulai masuk ke Hindia Belanda melalui singapura.
Pedagang kelontong ini awal mulanya datang untuk melayani kebutuhan karayuki-san. Pelayanan ini terutama untuk menyediakan kamar-kamar sesuai dengan profesi mereka sebagai pelacur, membuka kedai makan yang menyediakan masakan jepang, membuka salon rambut yang memberikan pelayanan sanggul tradisi Jepang. Kegiatan dagang ini kemudian berkembang dengan cara berjualan keliling.
Perdagangan secara keliling yang menjadi pola dalam perdagangan di Hindia Belanda ini kemudian berkembang pesat karena pada dasarnya banyak masyarakat Hindia Belanda yang menyukai metode perdagangan bangsa Jepang. Metode perdagangan yang sering digunakan oleh orang Jepang selain berkeliling adalah dengan menempel label harga yang menjadi ciri khas dari toko Jepang. Singkatnya jepang saat itu mengalami suatu masa kejayaan di Hindia Belanda.
Sebenarnya kedatangan orang-orang jepang ke Indonesia terutama sebelum PD 2 tidak murni untuk berdagang akan tetapi juga mengusung suatu misi spionase guna melakukan pengamatan aktivitas bangsa Belanda sehingga ketika Jepang menyerang Hindia Belanda menjadi Sangat Mudah. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya perwira tinggi militer jepang yang berlibur di Hindia Belanda sebagai seorang sipil yang ditengarai sebagai Spionase Jepang.
Kejayaan ini tidak selamanya berjalan dengan lancar, sebab sejak terjadi perang dunia 2 praktis banyak orang-orang jepang yang ditarik kembali ke Jepang, terutama setelah kekalahan bangsa Jepang dari pihak Sekutu. Dari beberapa orang yang kembali ke Jepang rupanya tidak mudah untuk melupakan kenangan di Indonesia yang sangat memanjakan mereka sehingga dari mereka setelah perang berakhir ada juga yang kembali ke Indonesia.
Sejarah mengatakan bahwa lepasnya kita dari Belanda tidak terlepas dari peran jepang yang mengalahkan Belanda, dan ternyata telah menjajah kita. Penjajahan jepang dalam kurun 3,5 tahun sangat menjadi ingatan buruk bagi Indonesia, karena Jepang menjajah lebih kejam daripada Belanda. Akan tetapi tidak selamanya jepang membawa keburukan bagi kita tapi bila kita lihat jasa jepang, misalnya bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan, pelatihan militer, digunakanya Cendikiawan Indonesia sebagai aktor-aktor utama selain bangsa jepang yang pada masa belanda itu sangat mustahil. Hal tersebut sangat berpengaruh bagi bangsa Indonesia walaupun dilakukan jepang sebagai bagian dari propaganda untuk mengambil simpati rakyat Indonesia.
Rupanya hingga saat ini Indonesia atau dulu sering dikenal sebagai Hindia Belanda masih menjadi suatu daerah yang menjadi perhatian orang-orang jepang bahkan bangsa-bangsa eropa. Walaupun sudah tidak ada peperangan akan tetapi jepang sangat memperhatikan Indonesia karena Indonesia menjadi pasar dari barang produksi jepang yang sangat banyak beredar di Indonesia, dan sekali lagi kita menjadi bangsa yang dijajah, bukan dalam arti yang sebenarnya yaitu penjajahan secara ekonomi baik oleh bangsa jepang maupun bangsa lain. Sebaiknya kita segera lekas berbenah dan belajar dari Jepang, yang dulu di Hindia Belanda hanya pelacur mampu menjadi orang-orang sukses yang menguasai perekonomian dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar